Statistik

Minggu, 26 Desember 2010

Backpacker's story (Depok-Semarang-Jepara-Karimun Jawa) Part2

Okeh teman-teman seperjuangan yang tidak senasib tidak pula sepenanggungan setelah berhasil membersihkan kamar saya yang amburadul dan menyingkirkan  2 ekor bangkai burung hantu (yang terakhir bo’ong) maka kembalilah saya ke hadapan laptop uzur berusia 4 tahun dengan maksud untuk mengetik naskah proklamasi lanjutan kisah perjalanan saya di semarang-karimun jawa.  

Saya tiba di rumah Andini sekitar pukul 23.30 malam. Disana saya langsung disuruh makan sama Ibunya Andin karena memang sepanjang perjalanan tadi saya dan andin emang belum makan sama sekali. Setelah makan dan berbenah saya langsung tertidur pulas di kamar tamu yang telah disediakan (untung bukan di kamar mandi ataupun kandang kambing tetangga).  Pagi hari pertama di Semarang saya habiskan bersama Andini dengan berkeliling kota mulai dari foto-foto alay gak jelas di Gereja Blendhug, masuk ke art gallery, muter-muter kota tua Semarang hingga akhirnya ditutup dengan nongkrong di masjid kampus Undip tembalang sambil menemani andin bernostalgila bersama teman-teman SMAnya. 

Tibalah keesokan harinya tanggal 28 Mei 2010 pukul 09.17 (ngasal to the max) Ayah Andin, Pak Rahmat Wiguna dengan segala keikhlasan ternyata berkenan mengantar saya ke terminal untuk mencari bus demi melanjutkan perjuangan ke karimun jawa. Selepas berpamitan dan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga besar Andini Dyahlistia karena telah diperkenankan untuk menginap serta menguras jatah beras dan lauk pauk maka berangkatlah saya dengan diantar oleh Pak Rahmat Wiguna menuju terminal. Sesampai di terminal, Pak Rahmat menyarankan agar saya naik bis besar jurusan Kudus dan sesampai di Kudus berganti bis menuju Jepara. Saya pun mengiyakan usulan tersebut dikarenakan memang saya masih newbie untuk bekpekeran di daerah Jawa Tengah.  Bis pun melaju menuju kudus. Dengan karcis seharga 6000 perjalanan menuju Kudus memakan waktu yang cukup singkat, hanya 1 jam saja (teringat penggalan lirik lagu ST12).

Sesampai di Kudus, saya pun mencari kendaraan untuk melanjutkan perjalanan menuju terminal Jepara. Setelah melakukan kegiatan favorit saya (celingak-celinguk) akhirnya saya memutuskan untuk menerima penawaran seorang bapak (sebut saja Bapak Budi, bukan nama sebenarnya)  yang menawarkan jasa angkotnya. Saya yang merasa tidak punya pilihan akhirnya ikut saja naek ke angkot . Di angkot Bapak Budi tsb ternyata sudah dipenuhi 1 rombongan keluarga yang mau pergi ke kondangan.  Penampilan saya yang Cuma pake kaos+celana jeans+sandal jepit tampak  kontras dengan penampilan keluarga tsb. Beruntung terdapat 2 orang lain yang ternyata bukan bagian dari rombongan keluarga goes to kondangan tersebut. Angkot pun melaju 10 menit kemudian.  Namun ternyata terjadi hal yang menyebalkan, kira-kira 30 menit angkot berjalan ternyata kami , lebih tepatnya saya dan 2 orang non keluarga goes to kondangan, diturunkan di tengah jalan dan dioper ke angkot yang lain. Apakah kekesalan berhenti sampai di situ saja? Ternyata tidak. Sebagai konsumen ternyata saya lagi-lagi dirugikan karena menghadapi kenyataan bahwa angkot tsb tidak beroperasi hingga ke terminal Jepara, hanya sampai Njetak, posisinya kira2 adalah perbatasan Kudus-Jepara. Well, saya bingung pada saat itu dan mendadak bengong. Tampaknya salah satu bapak yang merupakan non keluarga goes to kondangan (sebut saja Bapak Bidu, lagi2 hanyalah merupakan nama bo’ongan) menyadari kebingungan saya. Bapak Bidu tersebut jika saya deskripsikan  raut wajahnya maka menurut teori lombrosso telah pantas digolongkan sebagai orang jahat karena susunan giginya yang tdk beraturan, tulang pipi yang panjang dan jenggot yang tumbuh dibawah dagu (yaiyalah, masa di bawah kuping). Meski penampilannya cukup mencurigakan, namun ternyata bapak bidu tersebut ternyata baik sekali. Karena di tengah kebingungan yang melanda jiwa tersebut, Bapak Bidu mendekati saya dan berkata “Mbak, mohon sedekahnya,mbakk…”. Tapi ehm, bukan ding. Yang bener adalah bapak Bidu memberitahu saya bahwa jika ingin melanjutkan perjalanan menuju terminal Jepara maka saya harus naik bis kecil (semacam kopaja) seharga 7rb yang akan langsung turun di terminal Jepara. Tak hanya itu bapak Bidu juga menunjukkan kepada saya bis yang dimaksud tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih saya pun langsung  berlari-lari menyergap (lu kira maling disergap? ) bis tersebut yang ternyata masih kosong dan masih ngetem lumayan lama, oh maaaan.  Setelah ngetem cukup lama disertai dengan teriakan Nurdin Halid turun yang menggema dari para supporter, ups kayaknya ini suasana Di GBK,deh bukan di dalam Bis. Well,jadi yang bener setelah banyak penumpang yang mulai berkicau karena bis tak kunjung berangkat, akhirnya dengan berat hati namun riang gembira supir bus pun segera melajukan kendaraannya. Perjalanan berlangsung dengan oksigen yang seadanya dikarenakan bis yang penuh sesak tapi yap, inilah nikmatnya travelling ala backpacker. Saya jadi bisa lebih tau bagaimana kondisi suatu masyarakat, memahami masalah-masalah bangsa yang tidak pernah terekspos media dan tidak jarang pula bertemu dengan teman-teman baru di tengah perjalanan. Yeah, I do love Backpacking. Ok,next setibanya di terminal Jepara saya pun langsung mencari becak untuk menuju penginapan. Saya sengaja menginap H-1 di Jepara karena khawatir kalo misalnya saya baru berangkat hari H ke Jepara maka saya akan ketinggalan kapal dan kehilangan kesempatan berlibur ke Karimun Jawa. Oke, Postingan kali ini saya hentikan disini dulu dikarenakan saya mau nonton first leg Indonesia VS Malaysia dulu. Bubaaayyy. Sampai jumpa di postingan berikutnya.

saya di depan gereja Blendhug

Andini Dyahlistya, 19 tahun, Teman seperjuangan






Salam Olahraga ------------> Masih dalam Suasana AFF, First Leg Indonesia VS Malaysia.

Backpacker's story (Depok-Semarang-Jepara-Karimun Jawa) Part1

Oke, setelah lama tidak menjamah ni blogspot, akhirnya saya kembali lagi untuk mengapdet cerita petualangan saya di Semarang-karimun jawa.  Namn sebelum menginjak ke bagian cerita marilah kita liat dulu apdetan status saya beberapa Hari menjelang keberangkatan ke  Semarang:

 Karimun Jawa dan hukum perdata saling berebut tempat untuk memenuhi rongga-rongga hampa di pikiran saya... (Tue, 25 May 2010
 H-1 Semarang...H-4 Karimun Jawa..yahuuuuuwww (Tue, 25 May 2010)
 Belajarnya distop dulu.ayo kita packing..yihaa.. Go go backpacker go.. (Sun, 23 May 2010 )
 H-6 menuju karimun jawa.. (Sun, 23 May 2010 )
 H-7 menuju Karimun Jawa.. (Sat, 22 May 2010 )
 H-8 Menuju Karimun Jawa.. (Fri, 21 May 2010 )
 
And finally tanggal 26nya:
 UAS slesai.saatnya kembali ke alam.study hard,play hard..yeah. (Wed, 26 May 2010)

Yap, lagi-lagi setelah bergulat dengan serangkaian UAS yang menguras keringat dan air mata akhirnya pukul  11.00 tepat 1 jam 30 menit stelah saya menjawab  soal terakhir UAS Hukum Perdata  berangkatlah saya lagi2 ke stasiun yang terdekat dari kosan apalagi kalo bukan stasiun pondok cina yang sangat tercin(t)a itu. Well, disana telah menunggu rekan senasib tapi gak sepenanggungan saya, Andini Dyahlistia  yang telah menunggu dengan tidak harap-harap cemas.  Setelah menunggu beberapa saat, berangkatlah saya dan andini menuju stasiun Jakarta Kota  dengan naik KRL tentunya karena capek banget kalo mesti jalan dari depok sampe Jakarta kota.  Setibanya di Jakarta Kota, kami langsung berganti kreta yang menuju ke stasiun senen dengan ditemani Pak Sudan , pegawai di stasiun pondok cina.  Sesampai di stasiun senen kami pun langsung membuka lapak dan menggelar dagangan. Lho?? Ups, maaf kayaknya itu cerita masa lalu saya. Well, yang bener sesampai di sana kami langsung pergi ke loket yang tentunya untuk membeli tiket bukan membeli nasi padang. Dua tiket kereta matarmaja pun telah telah berhasil diperoleh tanpa perjuangan yang ckup berarti dan gak perlu ngantri semalam suntuk kayak ngantri buat tiket final AFF. Sembari menunggu keberangkatan kereta kami pun menuju musholla dengan tujuan tentu saja untuk sholat karena memang kami, saya terutama, telah tobat dari dunia nyolong-menyolong sandal. Yahh, sedikit curhat lah.  Sebagai Backpacker yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia (ini backpacker apa pramuka,ya?), saya memang selalu berusaha untuk tidak meninggalkan sholat, terutama bila akan menempuh perjalanan jauh. Hal ini biasanya saya antisipasi dengan menjama’ sholat (menggabung 2 sholat dalam 1 waktu).  Yap, Semua ini saya lakukan agar setiap perjalanan saya selalu dilindungi oleh Allah SWT. Amiin.
Tanpa menunggu berlama-lama kereta matarmaja pun telah dipersiapkan di peron..ehm,peron berapa ya?? Saya lupa,deh. Yang jelas bukan di peron 9 ¾ karena itu hanya akan terjadi di dunia Harry Potter bukan di dunia Fauna. Tanpa banyak cingcong, saya dan andini pun segera merangsek masuk ke dalam kereta.  Dan kereta matarmaja pun bergerak perlahan meninggalkan stasiun senen menuju tujuannya, membawa kami serta di dalamnya (untung bukan diatasnya).
Oke,perjalanan berlangsung sepanjang rel dari senen sampe stasiun Semarang poncol. Kami tiba di stasiun Semarang poncol sekitar pukul 22.30 dan disambut dengan karpet merah dan dikalungi bunga. Okey, yang terakhir efek lebay dan bo’ong abis. Yang bener adalah kedatangan kami disambut oleh bapak dan ibunya andin serta adeknya yang kayaknya udah jamuran menunggu kedatangan kami. Yap, this is another problem. Transportasi di Indonesia jarang banget bisa tepat waktu. Tampaknya memang manusia-manusia Indonesia belum sadar betapa berharganya waktu sebagai sumber daya yang tdk tergantikan.  Okeh, cukup curhatnya. Perjalanan berlanjut menuju rumah andin yang terletak di daerah bledhak anggur, cuma sekepretan dari Masjid Agung Semarang yang tersohor itu. Disanalah saya akan menginap beberapa hari sebelum keberangkatan menuju karimun jawa.  Well, karena saya mesti mberesin kamar yang berantakan kayak kandang gorilla, tampaknya cerita perjalanan gila saya bakal dilanjut di part berikutnya. Kalo mau tau kebodoan-kebodohan apa lagi yang bakal saya perbuat, stay tune terus di blog ini. Babai..

Salam Ransel

Senin, 13 September 2010

Backpacker's story (adventure of Jogja) PART 3

Bersama Mbak Merry dan Mbak Dwi

Sesuai janji saya yang kemarin, maka kali ini saya akan menceritakan perjalanan saya mencari rumah Dewi yang dibumbui kebodohan stadium lanjut. Oia, di postingan kali ini dan seterusnya saya akan melengkapi postingan2 saya dengan status2 FB yang masih tersimpan dan dapat dilihat dengan aplikasi my status history ,yeah… memang saya tergolong banci update. Next, Rumah Dewi terletak di Jalan Bantul dan saya gak tau dimana Jalan Bantul itu, maka daripada nyasar ke Jalan Bantal saya pun bertanya kepada Dewi dimana jalan Bantul itu dan bagaimana cara mencapainya. Menurut sms yang saya terima dari Dewi, untuk menuju jalan bantul saya harus naik transjog yang turun di halte pojok tebeng barat setelah itu bisa naik bis yang menuju bantul atau dewi yang akan menjemput saya di halte tersebut. Berhubung saya gak doyan ngrepotin orang maka saya putuskan untuk naik bis saja. Oke, Kebodohan pun dimulai. Selepas berpamitan kepada keluarga Ncrudh saya pun lagi-lagi berjalan menuju halte transjog terdekat untuk naik transjog, karena agak gak nyambung juga kalo saya justru menuju apotek terdekat karena emang stok obat cacing saya masih banyak. Well, ini memang gak penting.

Setelah tiba di halte transjog saya pun mengutarakan niat saya ke mas2 yang jaga halte bahwa saya mau ke halte pojok tebeng barat. Mas2 tersebut kemudian menyuruh saya untuk duduk dulu (untung gak disuruh guling2) untuk menunggu transjog yang datangnya masih agak lama. Setelah menununggu hampir 18, 412 menit (ngasal  buanget), transjognya pun datang dan mas tersebut berujar bahwa untuk menuju halte pojok tebeng barat saya harus oper di halte……. (saya lupa, kalo ada yang tahu mungkin dapat mengisinya. Disediakan hadiah berupa Sandal Keren yang bisa dipilih sendiri di halaman Masjid Istiqlal, pengambilan hadiah dapat dilakukan setiap Sholat Jum’at  sedang berlangsung. Akomodasi, pajak dan risiko digebukin satpam ditanggung sendiri oleh pemenang). Kemudian saya pun  masuk kedalam transjog tersebut dan turun di halte…… sesuai dengan yang telah diberitahu oleh mas2 di halte sebelumnya. Di halte tersebut saya menunggu agak lama, enggak ding tapi lama buanget sampe akhirnya mbak2 yang jaga kasian ngeliat saya yang udah lumutan nungguin transjog, kemudian mbak itu bertany,” mbaknya ini mau kemana?” saya menjawab,” mau ke halte pojok tebeng,mbak” “oh,ke jokteng wetan,yaa?” “iya,mbak..saya mau kesana” “waduh, tapi transjog trayek 3B nya blm datang juga, gini aja,deh mbaknya naek yang 3A aja trus di terminal jombor oper ke 3B” saya yang udah lumutan di situ pun mengiyakan saja apa kata2 mbak tersebut. Akhirnya saya naik transjog trayek 3A dan menuju ke terminal Jombor. Jogja saat itu hujan deras dan macet dimana2. Perjalanan terasa lama banget. Sesampai di terminal Jombor saya lantas berganti trayek 3B, bis pun meluncur di tengah hujan deras kota jogja. Sambil duduk di Transjog, saya pun kembali membaca buku panduan wisata saya. Saat saya membaca rute transjog trayek 3B saya pun merasa ada yang mengganjal, JOKTENG WETAN, yaa.. transjog ini akan berhenti di halte itu. Tapi?  SAYA KAN HARUSNYA TURUN DI JOKTENG KULON!!!!!!!AAAAAAAAAA…GIMANA,NIHHH????? (maap, lupa matiin capslock). Saya pun kalap karena merasa telah melakukan kebodohan kelas kakap. Saya pun meratap sesaat di dalam transjog. Bodoh memang, Barat=Kulon dan Wetan=Timur dan tinggal di Surabaya selama 18 tahun tidak cukup membantu saya mengingat bahasa Jawa yang bahkan sangat simple ini dengan baik.

My status history says:
 Melakukan kbodohan n kekonyolan.gara2 menganggap wetan itu barat (Sat, 26 Dec 2009 13:05:46 GMT)

Dengan kondisi panik dan lemas saya pun menelpon Dewi, untungnya jawaban Dewi sangat menenangkan saya karena ia berkata bahwa saya bisa saja turun di Jokteng Wetan dan nanti ia akan menjemput saya di sana. Huff…syukurlah. Setelah perjalanan yang muter2 itu akhirnya tibalah saya di halte jokteng wetan. Karena tidak mau merepotkan, maka saya pun memutuskan naik becak saja. Setelah tawar menawar ongkos dengan tukang becak tersebut saya  pun naik ke dalam becak itu. Perjalanan berlangsung singkat dan akhirnya saya tiba di depan rumah Dewi. Sesampai di rumah Dewi saya pun berberes kemudian ngobrol2 sampe malam tiba dan saya pun tidur karena bsk adalah hari yang akan sangat menguras adrenaline saya.
Esoknya saya bangun di pagi hari yang cerah dan merasa sangat siap untuk melakoni kegiatan yang akan sangat menguras energi. Apakah kegiatan itu? Kalo ada yang menerka bahwa saya akan membajak sawah maka jawaban itu kurang tepat karena saya udah lama mengundurkan diri dari dunia bajak-membajak. Oke, di pagi hari ini saya akan RAFTING alias Arung Jeram, yahhhuuu.

My status history says:
NavySasmita Yey,.ayo kita rafting. (Sun, 27 Dec 2009 00:08:29 GMT)

Saya pun diantar dewi menuju kantor Jogja Adventure di jalan yang lagi2 saya lupa namanya. Pokokny deket SMA 3 Jogja,deh. Di sana saya berjumpa dengan 2 orang teman baru yang ramah banget sama saya yaitu Mbak Merry dan Mbak Dwi. Dua orang bersahabat yang sama seperti saya baru pertama kali mencoba rafting. Sekitar pukul 08.19 (lagi2 ngawur) kami berangkat menuju sungai Elo yang berjarak kurang lebih…. KM (coba Tanya mbah Gugel)Dari kota Jogja . Setiba di meeting point kami langsung bergegas menuju tempat pengarungan. Setelah pemanasan kami pun langsung menuju sungai tentunya untuk rafting bukan untuk nyuci baju. Pengarungan berlangsung selam kurang lebih 4 jam (yang ini serius). Dengan sungai yang gradenya tidak terlalu sulit itu ternyata saya menjadi top scorer dengan jatuh ke sungai (ya,iyalah..masa ke kolam ikan) hingga 2 kali. Luar binasa memang. Pemandangan sepanjang pengarungan pun tak kalah fantastik, mulai dari sepasang muda mudi yang sedang berpacaran, bebek2 yang sedang berenang hingga kakek2 yang lagi mandi (Fantastik gundulmu!!). Setelah selesai pengarungan, para peserta kemudian berkumpul untuk menyantap makanan yang uenak tenan + sebongkah air kelapa muda yang langsup diminum dari batoknya. Pokok’e maknyuss. Selepas bersih2 dan berganti baju, saya pun kembali ke kota Jogja kali ini saya menumpang mobil milik seorang pengusaha batik (yang lagi2 saya lupa namanya. Sepurane..) yang buaeeekkkk banget, yang bahkan juga mengajak saya untuk makan duren dan kripik belut. Bahkan saya juga dianter sampe ke depan rumah Dewi. (Itulah kenapa saya cinta Jogja dengan sangat luar biasa..objek wisatanya keren, orang2nya ramah2 pula. Pokoknya Jogja recommended bangetlah buat liburan). Dan hari itu benar2 tidak akan terlupakan. Oh, Jogja I’m in love J

My status history says:
NavySasmita Ah,sumpah.. Jogja keren abiss.. Sungainya keren,jeramnya mantep..orang2nya ramaah buangett.. I love jogja... (Sun, 27 Dec 2009 09:14:17 GMT)

Yap, 28 Desember 2009 akhirnya datang juga. Ini hari terakhir saya di jogja karena ibu saya nyuruh pulang soalnya banyak order buat nguras tambak (becanda,ding). Hari itu pukul 09.00 (ngawur seperti biasa) Dewi mengantar saya ke stasiun tugu dengan sebelumnya mengantar saya ke jalan Wijilan untuk membeli Gudeg pesanan ibu saya. Sembari menunggu kedatangan kereta, saya pun duduk2 di stasiun tugu sambil melakukan ritual favorit (baca:celingak-celinguk). Perjalanan saya di Jogja pun berakhir seiring melajunya kereta Sancaka yang akan membawa saya pulang menuju Surabaya, The city of Bonek.

My status history says:
NavySasmita @sancaka.. Sgera meninggalkan jogja.kota dgn striliun kenangan.. (Mon, 28 Dec 2009 08:39:09 GMT)

Selamat tinggal Jogja, kapan2 kita pasti bersua lagi. Yap, sekian kisah petualangan saya di Jogja, bila ada kata yang kurang berkenan mohon dimaafkan.  Capek,nih..ngopi2 dulu yaa.dadaaahh

Sekian
Dan selalu saya ucapkan terima kasih bagi yang mau meluangkan waktunya membaca blog bodoh saya. Semoga Allah SWT mengampuni dosa2 anda. Aminn

Salam Ngawur selalu

Senin, 06 September 2010

Backpacker's story (Jogjaaa) PART 2

Oke, inilah adalah lanjutan dari postingan pertama tentang liburan saya ke Jogja. Dengan diantar Bapak tukang ojek yang ramah dan baik hati yang mau dibayar dgn nominal terserah tsb, sampailah saya di depan rumah Ncrudh, teman SMA yang malam itu bersedia menampung saya di rumahnya. Akhirnya malam itu berakhir dengan tidur yang nyenyak karena saya bener2  capek setelah melakukan perjalanan yang lumayan lama tersebut (Yaelah, cuma duduk di kereta selama 10 jam aja udah capek, gimana kalo disuruh jalan Jakarta-Jogja? Yee..siapa juga yang mau nyuruh gue jalan Jakarta-Jogja :-p).


saya gak maksud  moto bapak ibu itu lho,yaaa
Jreng..jreng..(efek yang gak penting) Pagi pun tiba. Setelah sarapan pagi yang tentunya gratis, saya pun memulai petualangan di kota Jogja. Saya memulai petualangan dengan menuju halte Trans Jogja terdekat, seperti biasa saya celingak celinguk dulu dan kemudian akhirnya bertanya tentang trayek transjog yang menuju  malioboro ke mbak2 yang jaga halte (untung bukan ke mbak2 yang jaga warnet). Setelah membayar 3000 rupiah, saya kemudian menunggu kedatangan bus transjog yang akan membawa saya menuju ke malioboro. Gak lama bis yang dinanti pun tiba dengan selamat di halte tersebut , saya pun langsung naik ke dalamnya (untung gak penuh, kalo penuh mungkin saya akan langsung naik ke atas atapnya :-D).  Berhubung gak dapet tempat duduk, yaudah saya memilih untuk berdiri saja (ya iyalah dari pada guling2 kesana kemari  ).Perjalanan berlangsung singkat.  Bis Transjog berhenti di depan halte taman pintar, saya pun memutuskan untuk berhenti di sini dan melanjutkan dengan berjalan kaki untuk menuju jalan malioboro. Sambil berjalan kaki, saya mengenang memori2 lama ketika dulu jalan2 di malioboro bersama ibu saya. Yap, pergi ke jogja tanpa pergi ke malioboro rasanya seperti minum es teh gak pake es, seperti ada sesuatu yang kurang.  
Museum Benteng  Vredeburg menjadi pemberhentian pertama saya.  Dari dulu memang saya suka pergi ke museum. Buat kebanyakan orang pergi ke museum memang gak menarik, tapi hal itu sma sekali gak berlaku buat saya. Museum bagi saya seperti mesin waktu yang membawa saya melihat  apa yang pernah terjadi di masa lalu dan tentu saja menjadi sarana pembelajaran bagi saya untuk membangun masa depan yang lebih baik dengan mempelajari apa yang terjadi di masa lalu.

“Orang Cerdas belajar dari pengalaman orang lain dan Orang belum cerdas (pake gaya bahasa eufimisme) belajar dari pengalamannya sendiri.”  

Well, museum Vredeburg di pagi tanggal 23 Desember itu tampak lengang. Pertama-tama saya menuju loket untuk  membayar  tiket masuk seharga  Rp 800,00 (Delapan ratus  rupiah) dan izin foto sebesar Rp 3000,00 (tiga ribu rupiah). Sebenernya harga yang tertera di tiket masuk adalah sebesar Rp 750,00, tapi saya gak tega juga minta kembalian 50 rupiah.  Mungkin sebagian dari anda bertanya “Wew, murah banget??” atau mungkin malah ada yang mengumpat “ Sial, mahal banget“ (tipe ke-2 ini mungkin tipe2 yang  ngebet banget buat ngrasain ditimpuk  bakiak ukuran 48). Yeah, harga tiket museum yang semurah itu memang disengaja untuk mendongkrak jumlah kedatangan wisatawan (Lha wong, dibuat murah aja masih sepi apalagi kalo harganya mahal). Setelah selesai dengan kegiatan administrasi, saya lantas masuk ke dalam areal museum yang tampak bersih dan asri ini. Ruang diorama menjadi tujuan pertama saya. Kemudian setelah itu saya beranjak ke lantai 2 untuk melihat benda-benda peninggalan zaman kemerdekaan dulu.  Puas berkeliling  Vredeburg, saya pun melanjutkan perjalanan ke pasar Beringharjo . Tujuannya pasti yaitu beli kaos batik. Setelah  melihat-lihat kaos batik di stan-stan yang tersedia, pilihan saya jatuh pada kaos batik tulis bergambar kendaraan favorit saya, apalagi kalo bukan becak.  Setelah proses tawar menawar yang gak alot sama sekali, akhirnya saya berhasil menggondol sebiji kaos bergambar becak tersebut.  Perjalanan berlanjut dengan menyusuri jalanan malioboro sambil mencari oleh2 buat rekan-rekan tercinta. Tak lupa mampir ke gerai dagadu yang terletak di dalam Malioboro Mall, lagi-lagi  hunting kaos yang unik2. Perjalanan di lanjutkan menuju istana Taman Sari. Saya pun lagi-lagi menuju halte transjog terdekat, kali ini dengan agak sotoy saya memilih trayek bis tanpa terlebih dahulu tanya ke mas2 yang jaga halte karena merasa sudah cukup dengan bekal daftar rute transjog yang ternyata terdapat di halaman belakang buku panduan wisata jogja yang saya beli di Gramedia Depok. Okeh, bisnya datang dan saya pun naik. Seperti biasa, lagi2 saya gak dapet tempat duduk, bis terasa agak longgar karena memang hanya terdapat 2 orang yang berdiri di bis itu, sebenernya sih cukup luas untuk dipakai guling-guling kesana kemari tapi niat itu saya urungkan karena khawatir saya bakal dilarikan ke RSJ terdekat dan ujung-ujungnya akan mencemari nama baik almamater tercinta. Oke, itu sedikit intermezzo. Bis pun berhenti di halte yang tidak saya kenali, tiba2 ide gila mampir di kepala saya dan ternyata gak mau minggat2 juga. LETS GET LOST!! Itulah judul ide gila tersebut. Saya pun dalam sekejap akhirnya memililih turun di halte tidak dikenal tersebut (sebut saja halte mawar, bukan nama sebenarnya).  Saya pun berjalan menyusuri jalanan yang lagi-lagi tidak saya kenali tersebut sambil melakukan ritual favorit saya : celingak-celinguk. Sepuluh menit berjalan ternyata capek juga, akhirnya saya memutuskan untuk memanggil tukang becak di seberang  jalan. Becak tersebut kemudian menghampiri saya, tentunya dengan dituntun oleh tukang becaknya karena agak serem juga kalo tiba2 becak tersebut bergerak dengan sendirinya  ke arah saya. Setelah mengutarakan kepada tukang becaknya bahwa saya ingin ke taman sari, saya pun duduk sendiri di becak tersebut sambil mengangkat kaki melihat dengan pasti ke kanan dan ke kiri (kayak lirik lagu,deh).  Perjalanan dengan becak berlangsung cukup singkat dan sampailah saya di Taman Sari. Karcis masuknya Cuma Rp 3000 plus izin foto Rp 1000. Berhubung saya keliatan sendirian dengan tampang celingak-celinguk maka tiba2 saya dihampiri oleh bapak2 guide , mungkin beliau kasian gitu ngeliat saya sendirian kayak orang nyasar. Well, akhirnya bapak tersebut ,yang saya lupa namanya, menemani saya berkeliling taman sari sembari bercerita ttg kisah istana pemandian sultan tersebut. Oke, setelah selesai mengelilingi istana taman sari dan masjid bawah tanah saya memutuskan untuk berburu oleh2 bakpia, gak mantep rasanya ke jogja kalo gak bawa oleh2 bakpia rasanya seperti makan opor gak pake ayam.  

Waktu telah menunjukkan pukul 17.12 (ngawur maning) dan ini saatnya saya pulang ke rumah Ncrudh.  Besoknya Ncrudh mengajak saya keliling  Jogja. Tujuannya ke keraton Jogja dan Museum Kereta, tak lupa mencicipi bebek H. Slamet dengan sambel korek yang manteb abis. Tanggal 26 Desember 2010 saya berpindah lokasi menginap ke rumah teman lainnya yaitu Dewi  yang berlokasi di jalan Bantul. Kisah perjalanan mencari rumah Dewi merupakan perjalanan melelahkan yang diliputi kebodohan luar biasa. Capekk. lanjut ntar lagi,yaa. Mau nyikat kamar mandi dulu trus ngasih makan kebo. Dadahh..                

Dan gak lupa saya ucapkan Matur Nuwun sanget udah mau baca blog saya yang amburadul ini.

Salam Ransel (tumben gak super??)

Rabu, 01 September 2010

Backpacker's story (Depok-Jogja-Surabaya) Part 1

Berjumpa lagi dengan saya di blog yang keren ini. Kali ini saya akan memaparkan (penggunaan bahasanya agak berlebihan) tentang kisah perjalanan saya pas liburan semester 1 kemaren. Kalo ada yang menebak saya berlibur ke Paris, maaf anda kurang tepat (siapa juga yang mau nebak kayak gitu? lha,wong judulnya udah jelas2 depok-jogja   :-p). Yap, saya memang berlibur ke Jogja. Kalo anda bertanya dengan siapa? jawabannya adalah sendirian. Hah sendirian? yo'i emang saya pergi sendirian. Banyak yang bilang "emang enak pergi sendirian?" saya sih cuma bisa jawab ala Bang Yulika Satria Daya-nya Backpacker TVONE (Bang? lo pikir di FHUI nan jaya apa pake manggil bang sgala? sok kenal lu) "ASIKIN AJA" hahaha.. Tapi ini serius, dua rius malah. Pergi sendirian atau biasa orang sebut single backpacker ato solo (bukan surakarta) backpacker memang menyenangkan dan lebih menantang (menurut saya,sih). Coba bayangkan naek kereta sendiri, jalan sendiri, nyari makan sendiri, nginep sendiri bahkan ditodong sendiri (udah kayak lagunya Meggy Z), meski yang terakhir Alhamdulillah belum pernah kejadian . Okelah cukup sekian pendahuluannya, sekarang saatnya kita menginjak ke bagian pembahasan (lo pikir makalah,tong?)

Jadi begini critanya. Tanggal 22 Desember 2009 yang indah dan cerah pukul 09.14 (ngasal) saya beranjak dari kosan tercinta menuju stasiun pondok cina yang letaknya cuma sekepretan dari kosan, tentunya saya pergi setelah beres2 kamar yang bakal sebulan ditinggalkan sendirian. Sesampainya di stasiun pocin, saya langsung menuju loket dan membeli karcis kereta ekonomi tujuan jakarta kota yang memang sebentar lagi akan memasuki lapangan upacara, enggak ding bcanda. Yap, gak lama menunggu datanglah tu kereta ekonomi yang udah penuh sesak dengan manusia (masih untung manusia, bukan kambing ato kuntilanak)  dan setelah bersusah payah menembus keramaian umat manusia, akhirnya saya bisa juga masuk ke dalam kereta yang rasanya udah persis banget kayak kaleng sarden itu. Perjalanan pun berlanjut dengan kondisi napas saya yang udah senen-kamis gara2 kereta yang emang penuh sesak luar biasa itu. Mulai dari stasiun manggarai kereta udah mulai agak lowong, yah lumayan lah seenggak2nya meski harus berdiri saya tetap bisa bernapas dengan normal sebagaimana mestinya. 40 menit perjalanan dan tibalah saya di stasiun jakarta kota, setelah celingak celinguk kesana dan kemari akhirnya saya menemukan loket penjualan tiket kereta ekonomi gayabaru malam seharga 26.000 (setara taksi depok-pasar minggu) tujuan stasiun lempuyangan jogja yang baru akan berangkat pukul 12.00 yang berarti saya harus menunggu kurang lebih 2 jam sampe kereta tsb tiba dengan selamat (bukan slamet) di stasiun jakarta kota. 2 jam menunggu akhirnya saya habiskan dengan duduk di stasiun sambil ngitungin jumlah orang yang lewat untuk menghitung kepadatan manusia di stasuin jakarta kota tiap menitnya (beginilah kerjaan orang kurang kerjaan). 

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 dan adzan dzuhur pun berkumandang di Surabaya dan sekitarnya, tapi bukan itu intinya, jadi pada pukul 11.30 saya melihat orang2 sudah membentuk barisan yang amburadul di peron kedatangan kereta ekonomi gayabaru malam. saya pun ikut merangsek ke sana, 15 menit kemudian kereta datang dari arah utara eh, bukan ding, selatan kayaknya apa tenggara ya? yaudalah gak penting.Saya yang baru pertama kali naik kereta ekonomi pun kebingungan melihat tingkah orang2 yang berebut naik padahal kereta belum berhenti benar, tapi ya akhirnya saya juga jadi ikut2an berebut naik. Setelah naik masih tetap celingak-celinguk kebingungan, untungnya ketemu Arif, temen se-MPKO Volley, yang langsung memanggil saya untuk duduk disebelahnya (thx,bro.. you saved my life. gak ngebayangin kalo harus berdiri dari jakarta-jogja. bisa2 kena varises). perjalanan pun dimulai, kereta ekonomi memang luar biasa, hampir setiap menit ada-ada saja pedagang yang lewat mulai dari makanan, minuman hingga racun tikus (Hah?? racun tikus?? beneran..ini memang buka isapan jempol belaka). gak cuma pedagang tapi juga pengamen yang luar biasa unik dan ajaib tapi nyata (untuk masalah pedagang dan pengamen ini nantinya akan saya buatkan bagian sendiri yang akan mengupas secara tajam setajam bulu ayam. Lah, emang bulu ayam tajem,coy? kalo bulu ayamnya nempel di golok ato clurit kan ya jadi tajem :-p). Oke, setelah perjalanan yang cukup panjang itu, sekitar pukul 22.00 tibalah saya di stasiun lempuyangan. Saya pun kembali celingak-celinguk seperti biasa. Akhirnya setelah selesai melakukan ritual celingak-celinguk, saya memutuskan untuk naik ojek yang akan mengantar saya ke rumah teman di daerah glagah deket UTY. oke, sekian dulu yang part 1 (gak ada maksud nyinggung kasus video vokalis tinker bell). sampai jumpa lagi di postingan berikutnya (mau sholat dzuhur dulu)..



Tak lupa selalu saya ucapkan terima kasih atas atensi anda. 
mudah2an gak kapok berkunjung ke blog saya lagi. 
Matur suwun and have a nice day :-)





Salam Super (pel) ---->gak maksud promosi

Selasa, 31 Agustus 2010

oke..ini perdana

Tulisan ini emang tulisan perdana. Artinya tulisan ini emang baru dibikin pertama kali. Sbenernya dulu udah punya blog di wordpress tapi gak keurus gitu,deh. jadi saya akan memulai hidup baru saya di blogspot. Blog ini saya kasih nama "Perjalanan si Bocah Nekat". Kalo anda bertanya " Kok, namanya aneh gitu, Nep?" yah, kurang lebih judul yang aneh tersebut merepresentasikan penulisnya yang gak kalah aneh pula. Well, mari saya jabarkan arti dari judul blog ini.

Perjalanan, kenapa mesti pake kata2 perjalanan? mungkin sebagian dari anda pasti berucap " Tumben gak pake kata2 petualang kayak FB ato twitter lo??" hemm..hal ini kurang lebih karena pilosopi hidup saya yang berujar bahwa "Life is a journey not a destination", yah begitulah. Selain itu juga karena kenyataan memalukan yang sebenernya agak aib juga,sih yaitu realitas bahwa saya gak bisa mengendarai (kalo naek doang, sih bisa) sepeda, sepeda motor, mobil, truck, lan sapanunggalane. Jadi mau gak mau satu-satunya alat yang bisa saya pake buat mobilisasi a.k.a berpergian dari satu tempat ke tempat yang lain (selain kendaraan umum yang disupiri manusia tentunya) adalah KAKI alias SIKIL dalam bahasa jawa. well, yang terakhir emang gak penting. Yap. jadi jalan kaki adalah satu-satunya kemampuan yang bs saya pake buat melakukan mobilisasi dari satu tempat ke tempat lain selain nebeng kendaraan.

Lanjut, kenapa harus pake artikel "si"? ya,karena kalo pake artikel "sang" kayaknya gak pantes aja karena memang saya adalah dari golongan rakyat melata (kok melata? rakyat jelata aja masih punya partai,coy..makanya ane pake kata2 melata biar agak gimana gitu).

 okelah lanjut dengan pilosopi bocah nekat. Mungkin rasanya saya agak gak sadar umur ya? lha, wong udah 19 taun kok masih aja pake kata2 bocah. ckckckkck. tapi kembali lagi ke pilosopi, yeah, menurut saya yang namanya bocah itu biasanya masih jujur dan polos dalam mengungkap apa yang dia lihat dan dia rasa, gak ada kemunafikan dalam kata2nya apa lagi muatan politis (weleh2..emang ada bocah yang demen yang ngomongin politik??). Kemudian nekat, kenapa harus nekat? lagi2 ini merepresentasikan kelakuan saya dalam kehidupan sehari2 yang menurut pandangan orang luar kayaknya kok nekat gitu. Padahal bin sesungguhnya apa yang saya lakukan selalu saya pikirkan dengan masak2, matang dan gurih di dalamnya (lo pikir ayam krispi??)

yah, bgitulah sekelumit ttg judul blog saya (sekelumit apa segambreng,coy???)
ikuti terus cerita tentang perjalanan hidup saya yang kadang absurd, kadang kacau tapi lebih sering aneh bin ajaib di blog yang kita cintai ini (kita? lo aja kali :-p).

Terima kasih atas atensi anda

Salam Super (mi)