Statistik

Kamis, 21 November 2013

Perjalanan Mengabdi Negri (Lagi) Long Berang-Malinau

Halo-halo semuanyaaaa…
Kembali berjumpa di Blog saya yang sudah lama terbengkalai ini. Postingan kali ini diketik langsung di rumah Pak Paulus yang menjadi orang tua angkat saya selama saya berada di Desa Long Berang, Kecamatan Mentarang Hulu, Kabupaten Malinau Propinsi Kalimantan Timur. (sekarang udah jadi Kalimantan Utara). Mungkin banyak yang bertanya-tanya, apa pula yang sedang dilakukan si Nepi di pelosok rimba Kalimantan, segalau itu kah hidupnya sampai-sampai ia harus menenangkan diri di sana?. Hem, saya memang galau tapi kepergian saya ke Desa Long Berang kali ini sama sekali gak ada kaitannya dengan tingkat kegalauan saya yang sudah memasuki level over 9000. Jadi apa yang tengah saya lakukan di Desa Long Berang?. Begini ceritanya(sok serius dulu ahh)….


 Kepergian saya kali ini tak jauh beda dengan kepergian saya yang saya lakukan di pertengahan tahun 2011. Yap, apalagi kalau bukan cerita tentang upaya mewujudkan butir ke-3 tridharma perguruan tinggi yaitu Dharma Pengabdian Masyarakat. Desa Long Berang menjadi desa ke-2 tempat saya mewujudkan hal tersebut. Namun kali ini sedikit berbeda, saya mengemban amanah yang lebih berat daripada ketika saya berada di Kampung Meos Bekwan, Raja Ampat sebagai peserta K2N (Kuliah Kerja Nyata) UI 2011. Untuk episode 2012 ini saya kembali terlibat dalam kegiatan K2N UI sebagi pendamping lapangan. Ok next, jadi sebagai pendamping lapangan di Desa Long Berang saya bertanggung jawab terhadap 8 ekor anak manusia yang terbagi dalam 2 kelompok program kerja yaitu Kelompok Kesehatan Untuk Semua dan Kelompok Ekonomi Kreatif. Kedelapan makhluk (tidak) unyu itu adalah Adel, Asep, Indah, Ningsih, Rian, Fitri, Ifat  dan Yunia. Mereka mendaulat diri mereka sendiri sebagai Keluarga Kambing. Kata Keluarga dipilih dalam rangka mempersatukan keanekaragaman suku dan fakultas yang ada di dalam tim. Tapi kenapa harus Kambing? Yeah, Ini semua berasal dari panggilan kesayangan bocah-bocah tersebut kepada saya. Kambing adalah singkatan dari Kakak Pembimbing. Jadilah kami fix menjadi keluarga kambing yang Alhamdulillah masih doyan makan nasi.

Mari kita lanjut ke cerita tentang Desa Long Berang. Desa Long Berang dapat dicapai dengan menggunakan Long Boat dari Malinau dengan memakan waktu kurang lebih sekitar 6 jam, itu pun kalo airnya lagi besar alias banjir alias gak surut tapi kalo lagi surut,  kira-kira bisa memakan waktu satu hari apalagi kalo berangkat dari Malinaunya diatas jam 12. Oia, untuk mencapai Malinau sendiri dapat ditempuh dengan dua cara yaitu dengan menggunakan maskapai komersil seperti Susi Air atau Kal Star dari Tarakan dengan waktu tempuh setengah jam atau  menggunakan speed boat dari Tarakan dengan waktu tempuh 3 jam saja. Lanjuut….Keluarga Kambing tiba di Tarakan pada tanggal 23 Juni 2012 dengan menumpang KRI Lambung Mangkurat. Perjalanan langsung dilanjutkan dengan menggunakan speed boat menuju Malinau yang langsung disambung dengan menumpang Long Boat yang telah disiapkan oleh Bapak Camat Mentarang Hulu, Bapak Mathias Seradu. Petualangan pun dimulai. Perjalanan kami membelah Sungai Mentarang memakan waktu tempuh hingga 1 hari perjalanan. Hal ini dikarenakan kondisi sungai yang sedang surut sehingga mengharuskan kami menginap 1 malam di pinggir sungai ( Alhamdulillah bukan di tengah atau di dalam sungai).

Selama perjalanan, kami sungguh terpukau oleh hamparan pepohonan di kiri kanan serta  bebatuan induk sebesar rumah ( asli gak bo’ong). Perjalanan harus dilanjutkan dengan beberapa kali turun naik long boat. Hal ini mesti dilakukan agar long boat dapat bergerak menembus arus Sungai Mentarang.

 Perjalanan kami menggunakan 2 buah long boat. Kami didamping oleh Pak Silvanus dan Pak Fordas yang merupakan pegawai di Kecamatan Mentarang Hulu.  Kami sempat menginap satu malam di Rangas Tiu’. Hal ini fardhu ain a.k.a wajib dilakukan demi keselamatan kami semua mengingat pekatnya malam menuju Desa Long Berang. Dari pada terjadi kenapa-kenapa yang bisa jadi gimana-gimana akhirnya kami pun bermalam di pinggir sungai dan baru akan berangkat keesokan harinya.

Jeng Jeng Jeng.. Esok pagi pun tiba. Setelah ngupi-ngupi dan ngemie kami pun bergerak menuju jet pribadi, ehm bukan maksud saya long boat yang terparkir manis di pinggir sungai. Yap, kami langsung meluncur ke dalam boat tanpa perlu memanggil jasa valet parking (yakaleeee…). Oia,  perjalanan kami ini cukup kocak karena ternyata kami semua minus Pak Fordas, Pak Silvanus dan Motoris ( semacama nakhodanya long boat) mengalami wabah boker berjama’ah ( Diduga akibat ngupi pagi-pagi). Alhasil, perjalanan sempat terhenti satu kali karena saya mesti boker di pinggir kali dan semua orang mesti nungguin saya selesai boker. Yap hal itu musti saya lakukan mengingat muka saya yang udah putih pucet bagaikan pasien panu kronis. Mereka pun kasian melihat saya dan membiarkan saya boker dahulu di belakang pohon tumbang berukuran besar, fiuuh. Beruntung saat saya boker tidak ada satu pun perahu melintas. Kalo ada mungkin saya bisa digugat karena mengganggu ketertiban umum, muahaha becanda coy.  Kemudian kami pun beristirahat di pertigaan desa Long Simau, kali ini Indah yang harus menghilang entah kemana untuk buang hajat. Well, pencernaan keluarga kambing memang sangat lancar jaya.


Di situ kami beristirahat sambil menikmati kuliner khas masyarakat Dayak Lundayeh yang terdiri dari Luba Laya dan Sajian Ikan yang dimasak kuah. Luba Laya sendiri adalah kuliner sejenis lontong yaitu berupa nasi lembek yang dibungkus daun intips (GakTau NamaLatinnya sp).  Mau tau gimana rasanya? yakin? mau tau aja apa mau tau banget? *timpuk sandal*. Seperti cerita kuliner di postingan sebelumnya saya cuma bisa bilang rasa top markotop, nyuz markinyus. Karena memang bagi saya secara pribadi kategori rasa makanan Cuma ada 2: enak dan uenak sekali (bilang aja rakus :p). Saya relatif tidak pilah-pilih makanan. Saya memakan semua yang halal, tidak basi, tidak kadaluarsa dan diutamakan yang gratis. Bahkan kadang yang kadaluarsa pun masih saya embat. Makanya kadang saya takjub sama “kreativitas” pedagang yang bahkan bisa mendaur ulang makanan kadaluarsa menjadi makanan layak makan. Mungkin mereka patut mendapat Anugerah Ketahanan Pangan Republik Indonesia ( emang ada??!) *timpuk  pake truk sandal* Oke kembali ke Long Berang, setelah cemal-cemil dan poto-poto narsis kami pun melanjutkan perjalanan. Kami kerap kali harus turun dari perahu kemudian melipir ke pinggiran sungai agar perahu dapat menembus arus dengan massa yang lebih ringan.  Setelah sempat naik turun perahu beberapa kali kami pun tiba di jeram yang paling fantastis, bombastis dan aduhai. Jeram itu adalah Jeram Belalau.

 Oleh karena kefantastisannya kami pun tidak bisa menembus jeram tersebut. Kami pun mesti membongkar semua muatan-melipir lagi- kali ini lebih menantang karena kami mesti melipir sambil membawa muatan yang segambreng banyaknya. setelah menurunkan segala muatan termasuk kardus logistik, tas pribadi dan bahan bakar long boat. Kami pun menarik Long Boat dengan menggunakan tali tambang. Penarikan dilakukan dengan bergotong royong berdasar pada asas kekeluargaan (apaseeh…). Setelah long boat berhasil ditarik melalui jeram yang fantastis, bombastis dan aduhai tersebut kami pun kembali meletakkan muatan-muatan ke dalam long boat. Perjalanan pun kembali dilanjut setelah menunggu Rian selesai boker di lokasi yang gak jauh-jauh banget dari tempat kami melipir.





                Selepas Jeram Belalau medan semakin sulit karena harus menanjak. Pada perjalanan berikutnya tersebut 2 Long Boat kami pun mesti dikawal oleh 2 buah ketinting (perahu yang berukuran lebih kecil dari Long Boat). Hal ini bukan karena kami adalah tokoh VIP yang kalo jalan mesti dikawal pake ngiung-ngiung alias vorijder. Hal ini mesti dilakukan karena ke dua ketinting tersebut akan menarik Long Boat kami melewati medan yang semakin menanjak tersebut. Setelah segenap upaya tarik-menarik sekitar Pukul 13.00 tibalah kami semua dengan penuh suka cita di Desa Long Berang. Kyaaa…akhirnya setelah 6 jam berjibaku  di sungai-an kami pun merapat di dermaga Desa Long Berang. Sungguh menakjubkan setelah berjam-jam melewati sungai yang pinggirnya masih pure hutan tetiba kita menemukan sebuah desa di tengah hutan. Berasa selebritis di ethnic runaway *plak**sadar woy*guyur aer*. Segini dulu,deh postingan babak pertamanya. Rasanya Cuma nulis kembali aja udah pegel,yak apalagi kalo kembali melakoni adegan turun-melipir-tarik perahu-naik lagi. Hahaha.  However I still miss Long Berang like a crazy.



Kamis, 06 September 2012

Perjalanan Mengabdi Negri-Meos Bekwan (Moga-moga langsung Part Terakhir)

Kyaaaaaa....astaga, ini Blog udah terbengkalai sejak setaun yang lalu,gan. Bahkan sekarang saya udah kembali dari Kuliah Kerja Nyata UI Part 2. Oke, deh demi kejar setoran saya pun  bertekat untuk terlebih dahulu menyelesaikan rangkaian kisah perjalanan saya di Pulau Meos Bekwan, Raja Ampat.

Jeng Jeng

Geng Meos Bekwan tiba di tujuan sekitar pukul 11.00 WIT tentunya setelah terombang ambing hampir 23 jam di lautan. Kedatangan kami disambut dengan meriahnya suling tambur dan barisan anak-anak kecil serta barisan bapak-bapak, ibu-ibu, kakek-kakek dan nenek-nenek warga asli Kampung Meos Bekwan. Setelah disambut dengan kalungan bunga kami pun dibawa menuju rumah yang akan kami tempati selama pelaksanaan K2N di Meos Bekwan. Oia, sebelum kemana-mana saya perkenalkan dulu susunan anggota Geng Meos Bekwan. Kami terdiri atas saya sendiri (FH 09), Avina Anin Nasia (FKG 08), Monica Utari Mariana ( FKM 08), Dona Niagara Dinata ( FIB 08), M. Ikhwan Kurniawan (FT 09) dan tak terlupa tentu saja dosen pembimbing kami yaitu dr. Cin Yong. Yak lanjuuut. Mungkin banyak yang bertanya-tanya semacam apakah Meos Bekwan ini? Kalo boleh saya menjawab singkat (tapi gak singkat juga ding) Meos Bekwan ini adalah seberkas tanah yang terlempar dari surga (ceileee bahasanya, gak sesuai banget sama kepribadian :p).  Pulaunya indaaaah banget, hamparan pasir putih + pohon kelapa sungguh menentramkan mata. Meos Bekwan sendiri berasal dari bahasa Biak yang artinya Pulau Panjang, nama ini bukan sembarang nama karena memang demikian adanya bentuk pulau ini. Pulau yang luasnya cuma 12 hektar ini terbentang dari utara hingga selatan membelah perairan Kepulauan Ayau. Cuma butuh waktu satu jam untuk mengitari pulau ini tapi butuh waktu seumur hidup untuk terus terkenang pada keindahan dan keramahan penduduknya.

 Ngomong-ngomong tentang penduduk, ijinkan saya selaku pengampu Blog ini untuk membagi pengalaman hidup saya bersama penduduk di Pulau Meos Bekwan. Sekitar hampir 100% penduduk pulau ini berasal dari suku biak dan sisanya adalah pendatang. 100% penduduk pulau ini beragama Kristen Protestan. Hampir 100 % penduduk pulau ini memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Meski saya seorang muslim, namun di pulau ini saya mendapatkan pengalaman religius yang luar biasa dan selain itu saya juga belajar tentang indahnya toleransi dari penduduk. Yap, buat saya secara pribadi kalo mau belajar tentang toleransi ya harus mencoba bagaimana hidup sebagai minoritas, lebih dapet feelnya coy. Saya teringat betul tentang peristiwa di suatu petang yang sangat menginspirasi saya. Saat itu 4 orang rekan saya tengah melaksanakan Sholat Maghrib berjama'ah di ruang tengah rumah. Saya kebetulan tidak ikut Sholat Berjama'ah karena berhalangan. Saat itu juga anak-anak yang memang gemar bermain di teras rumah kami tengah asyik bermain kejar-kejaran dan tentu saja menimbulkan suara-suara yang lumayan mengganggu pelaksanaan ibadah Sholat Maghrib di dalam rumah (baca: berisik). Saya pun berusaha menggiring (lo kata kambing??) bocah-bocah tersebut agar menjauhi rumah, namun dasar namanya bocah semakin dilarang semakin menjadi. Untungnya tak lama Mama Napolion (Tetangga yang selalu memasakkan makanan untuk kami) datang untuk mengantar makan malam. Melihat bahwasanya di dalam rumah ada yang sedang Sholat, Mama Napolion seketika membubarkan anak-anak yang bermain di teras seraya berucap yang kurang lebih seperti ini "Sudah pulang sana, di sini ada yang Sembahyang" dan sontak bocah-bocah itu pun lari kocar-kacir, tunggang langgang menuju rumah masing-masing. Saya pun sempat terhenyak sesaat sambil bergumam "Astagah, di sini orang sholat sedemikian di lindungi padahal pada saat yang nyaris bersamaan di pelosok Jawa sana ada rumah ibadah milik aliran tertentu yang dibakar karena dugaan sesat dll" . Yah ini cuma salah satu cerita tentang indahnya toleransi di sana. Penduduk Meos Bekwan secara tidak langsung juga mendidik saya untuk tidak bermain-main dengan ritual do'a. Pada setiap rangkaian acara yang dilaksanakan selalu di mulai dengn do'a dan bukan do'a yang asal sekedar "marilah sejenak menundukkan kepala-berdoa mulai- berdoa selesai" tapi memang berdo'a dengan penuh ketulusan dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ya rabb, saya pun mendadak tertampar dengan religiusitas penduduk Pulau Meos Bekwan. Yap, 18 hari namun penuh makna, itulah kesan yang saya dapat selama berada di Pulau Meos Bekwan. Saya merasa tidak terlalu banyak berbuat untuk penduduk Meos Bekwan, malah justru saya yang mendapat banyak pelajaran dan pengalaman yang berarti dari penduduk Meos Bekwan. Saya juga belum selesai ngajarin Albertus belajar baca. Hiks. Huft, emang belom banyak sih yang saya lakukan dulu tapi saya optimis Tuhan pasti memberi saya kesempatan untuk kembali ke Meos Bekwan suatu saat nanti untuk bisa berbagi lebih banyak dengan penduduk di sana. Suatu hari nanti, PASTI!!

Ke Meos Bekwan aku kan kembali




NB: Makasih bgt buat Kak farahzu (farahzu.blogspot.com) yang telah berkontribusi agar saya kembali menggarap blog ini. Thank youu Kak Farah, cup muah :*



Jumat, 30 Desember 2011

Perjalan Mengabdi Negeri Part 2 (It's Waisaaiiiii)

Yoyoyo, berjumpa lagi di blog sayah.Setelah mengalami hibernasi dan dilanjutkan dengan semedi di bawah pohon trembesi akhirnya saya pun terpanggil untuk kembali melanjutkan penggalaan kisah Kuliah Kerja Nyata saya di Raja Ampat. Seperti yang telah diberitakan di penggalan postingan sebelumnya, 4 kelompok yang ditugaskan di kabupaten Raja Ampat menginap terlebih dahulu di Wisma miliki pemda selama 6 hari terhitung sejak tanggal 21 hingga 26 Juni. Oia, ada pengalaman yang sangat berkesan dan paling tidak terlupakan ketika saya menginap di wisma pemda ini. Pengalaman tersebut adalah pengalaman dimana sandal Eiger kesayangan saya hanyut dari teras karena banjir yang melanda Waisai pada tanggal 23 Juni. (Whaat?? Pengalaman kayak gitu lo bilang berkesan??) Well, saya becanda. Jadi yang bener pengalaman berkesan tersebut terjadi Pada tanggal 25 Juni sekitar pukul 02.00 dinihari waktu jam tangan saya. Jadi ceritanya saat itu, saya sedang tidur di dalam kamar (untung bukan di dapur) tiba-tiba salah satu rekan senasib sekelompok saya, yaitu Dona Niagara menyeruak masuk dan membangunkan saya sambil bilang..bilang, ehmm, apa yaa?? Well, saya lupa karena saat itu saya lagi dalam kondisi tidur. Tapi kayaknya kira2 Dona ngomong “Ayo, bangun. Kapalnya udah mau berangkat!” (kebenaran isi omongan bisa dikonfirmasikan kepada Saudara Dona). Saya pun langsung bangun dengan super kalang kabut. Namun apa yang terjadi selanjutnya???? Bersambung ke halaman rumah Pak RT.

Okeh, daripada disambit sandal gara2 bikin anda semua penasaran, ada baiknya saya lanjutkan saja kisahnya. Jadi ternyata tepat di depan pintu kamar telah berkumpul seluruh anggota genk Raja Ampat bersama Kak Rita, Kak Kartini dan dr. Cin yong yang kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya, ups salah..maksud saya mereka semua menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Yap, anda salah kalo anda menduga hari itu adalah hari peringatan kemerdekaan RI, karena yang benar hari itu adalah hari ulang tahun saya yang Ke 20. Saya pun speechless ngeliat surprise  dari segenap genk Raja Ampat tercinta. Bahkan Monic dan mbak Mei sampai bikini kue buat ulang tahun saya, hiks. Sumpah terharu bgt (ini bneran terharu). Untuk menggantikan fungsi lilin yang biasanya ditaroh diatas kue maka pada ulang tahun saya yang special ini, fungsi lilin tersebut digantikan dengan SENTER. Jadi saya meniup senter tersebut seolah-olah meniup lilin. Hahahah, well temen2 saya emang kreatif bgt. Untung aja cuman disuruh niup senter, bisa dimatiin otomatis. Lha, gimana kalo tiba-tiba disuruh niup obor?? Bisa modyaar saya. Oleh karena itu saya merasa sangat bersyukur sekali dengan kreativitas tanpa batas Genk Raja Ampat. You’re ROOCKKKK,guys. Well, keesokan harinya kami semua melanjutkan kegiatan packing untuk persiapan keberangkatan ke titik penugasan masing-masing. Dan special untuk kelompok saya, yaitu Kelompok Frans Kaisiepo tercinta, kami tak hanya harus packing tapi juga harus belanja segenap sembako, 1 sak semen dan beberapa kaleng cat sebagai logistik selama berada di Kampung Meos Bekwan. Hal tersebut harus dilakukan mengingat tidak adanya Supermarket ataupun warung di Kampung tersebut.

Oke, langsung skip ke tanggal 26 Juni . Ini adalah hari dimana kami semua akan berangkat dengan menggunakan alat transportasi paling melegenda bagi segenap anggota Genk Raja Ampat. Yap, kami akan menumpang Kapal Perintis KM. RAJA AMPAT 1.  Mungkin dikatakan RAJA AMPAT 1 karena inilah satu-satunya alat transportasi massal yang menghubungkan wilayah waisai dengan wilayah-wilayah lain di Pulau Waigeo. Well, mau tau gimana kelanjutan kisah perjalanan ini?? Jangan lupa stay Tune di blog sayah. Saya akhiri dulu postingan kali ini, terima kasih atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara/Saudari/Sudarcong.

Jika ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi, Jika tidak ada sumur di ladang mandilah saja di kamar mandi.#pantungagal

Sekian dulu,deh. Sampai Jumpa dan Salam Laper

NB:Btw, foto-foto ulang tahun saya ada di kameranya siapa yaa????

Kamis, 08 September 2011

Perjalanan Si Bocah Nekat.
Perjalanan Mengabdi Negara (Surabaya-Sorong-Waisai) Part 1

Heiyooo, kembali berjumpa di blog saya. Kali ini saya akan menceritakan tentang perjalanan saya menuju tempat impian saya yaitu bumi cnederawasih, Papua. Yap, semenjak SD dulu saya memang memiliki mimpi untuk mengunjungi Papua yang sebelum Era Gus Dur lebih dikenal dengan nama Irian Jaya. Sedikit info, mungkin banyak yang belum tau bahwa Irian adalah akronim dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherland. Saya memang telah lama memohon kepada Allah SWT supaya diizinkan menuju ke Papua. Impian ke Papua bagi saya saat itu menjadi hal yang nyaris mustahil terwujud mengingat tingginya biaya yang dibutuhkan untuk menuju Papua. Tapi seperti yang sangat saya yakini bahwa Allah SWT  adalah sesuai dengan prasangka hambanya, so here I am  saya benar-benar mewujudkan mimpi saya mengunjungi Papua, bahkan tidak hanya Papua tapi juga Raja Ampat. Well, mungkin banyak yang bertanya bagaimana akhirnya saya bisa mencapai Papua. Perjalanan saya yang kali ini sebenarnya dibungkus dengan kegiatan mengabdi pada negara melalui salah satu program dari Universitas Indonesia yaitu Kuliah Kerja Nyata UI 2011 dengan tagline “Merekat NKRI di pulau-pulau terdepan dan perbatasan menuju Masyarakat mandiri “ . Semenjak semester 1 saya memang telah mempersiapkan segalanya agar bisa mengikuti K2N di tahun kedua saya. Dulu sewaktu saya masih semester 1, persyaratan untuk mengikuti K2N adalah minimal harus telah mengantongi 90 sks. Beragam cara pun saya tempuh agar dapat mengumpulkan 90 SKS di semester ke-4. Mulai dari mengambil Semester Pendek 6 SKS hingga harus mengambil mata kuliah lintas fakultas di FISIP. Namun semua kerja keras itu berakhir manis ketika kemudian pada 23 Maret 2011, pihak UI mengeluarkan pengumuman tentang seleksi K2N yang ternyata hanya mensyaratkan minimal 36 SKS saja. Saya pun merasa cukup lega meski terbersit sedikit rasa kesal mengetahui kenyataan tersebut, tapi yasudahlah bagi saya cukup nikmati saja prosesnya. Seleksi K2N dimulai dengan adanya tes esai. Tes Esai tersebut mengharuskan setiap calon peserta untuk membuat esai berdasarkan 11 titik yang telah ditentukan oleh panitia. Saat itu tanpa ragau saya segera membuat esai tentang Pulau Waigeo yang terletak di Kabupaten Raja Ampat. Setelah melalui tahap tes esai tahap berikutnya yang saya tempuh adalah tahap wawancara yang dilanjutkan dengan tahap tas fisik dan tes kesehatan yang dilakukan di Armatim (Armada Timur) Surabaya. Setelah lolos tahap tes fisik tersebut, 159 peserta K2N pun diberangkatkan menuju titik-titik penugasan yang terletak di 11 titik terdepan di seluruh NKRI. Tim yang menuju Raja Ampat terdiri atas 18 orang yang terbagi dalam 4 kelompok dengan program kelompok yang berbeda-beda. Kelompok saya rencananya akan ditempatkan di Desa Meosbekwan, Distrik Kepulauan Ayau, Kabupaten Raja Ampat dengan mengusung program kelompok pemanfaatan SDA kelapa yang akan diolah menjadi Virgin Coconut Oil (VCO) dan briket.
               
Tepat tanggal 20 Juni 2011 pukul 00.10 WIB pesawat Batavia Air tujuan Makassar-Sorong-Manokwari  lepas landas meninggalkan Bandara Juanda membawa serta rombongan kelompok K2N yang akan ditempatkan di Wasior dan Raja Ampat. Pesawat sempat transit sekitar 1 jam di Makassar untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju Sorong dan Manokwari. Tim tiba di Sorong sekitar pukul 07.30 WIT.  Di Bandara Domine Eduard Osok  telah menanti Pak Karsiman, dosen pembimbing yang berasal dari UNAMIN Sorong dan Kak Rita yang berasal dari UST Jayapura. Rombongan langsung bergerak menuju rumah Pak Karsiman yang terletak di Remu Utara untuk beristirahat sejenak sembari menanti keberangkatan kapal menuju Waisai, ibukota Kabupaten Raja Ampat. Sekitar pukul 13.00 kami bergerak menuju Pelabuhan Sorong untuk kemudian bergeser menujui Waisai, ibu kota Kabupaten Raja Ampat. Kapal Ave Maria 1 meninggalkan Pelabuhan Sorong pukul 14.00. Cuaca cukup cerah dan ombak tidak begitu tinggi. Rombongan tiba di Pelabuhan Waisai sekitar pukul 17.00. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah bongkar muatan, yap mungkin kegiatan bongkar muatan ini adalah salah satu kegiatan yang cukup menguras energy. Dibutuhkan kerja sama yang luar biasa untuk memobilisasi barang-barang dari tempat asal menuju tempat tujuan. Barang muatan rombongan kami banyaknya memang luar biasa mulai dari bawaan pribadi 18 orang mahasiswa+3dosen ditambah dengan beberapa kardus buku, kardus obat-obatan, beberapa kardus berisi peralatan tulis,bola sepak,bola voli, bibit tanaman, buku gambar, cinderamata, botol-botol VCO, Kelambu berinsektisida,modul penyuluhan, life jacket, Kardus MP-ASI (Makanan Pendamping- Air Susu Ibu) dan Plakat yang melegenda. Well, untuk bagian muatan ini ada dua hal yang akan selalu terkenang untuk saya secara pribadi. Dua juenis muatan itu adalah Kardus MP-ASI dan plakat. Ada apa dengan kardus MP-ASI? Yap, cerita agak sedikit mundur sejenak ketika kami masih berada di KOLATARMATIM Surabaya, tempat dilaksanakannya tes fisik dan tes kesehatan. Saat itu Tim Papua yang terdiria atas Tim Wasior dan Tim Raja Ampat merupakan tim yang berangkat paling terakhir dari sekian banyak Tim K2N UI 2011. Sebagai tim Juru kunci, kami harus menghadapi kenyataan bahwa  kami harus membereskan sisa-sisa barang yang tidak dibawa oleh kelompok-kelompok K2N UI 2011 karena kendala jumlah bagasi yang disediakan oleh pesawat. Dan saat membereskan segenap barang-barang tersebut tampaknya kardus MP-ASI adalah  barang yang tampaknya mampu membelah diri. Karena apa? Karena entah kenapa jumlahnya buaaaaaaanyaaaaaak sekali. Hemmm, Tampaknya hingga hari ini saya masih agak sedikit trauma melihat kardus MP-ASI.  Kemudian ada apa dengan plakat? Well, untuk plakat ini memang nyaris menjadi  musibah bin malapateka besar yang melanda kelompok Meos Bekwan karena benda yang nantinya akan dijadikan tugu K2N ini sempat ngumpet waktu kami lagi bongkar muat di bandara Juanda, Surabaya. Jadi ceritanya ketika mau check ini, kelompok Meos Bekwan sempat melakukan pemeriksaan ulang terhadap segenap muatan-muatan kami tapi mengapa oh mengapa saat itu Plakat yang maha melegenda seharga 880.000 pas itu tiba-tiba tidak ada di antara tumpukan barang. Kami pun sempat panik dan lompat-lompat kesana kemari, well yang terakhir bo’ong banget. Beruntung saat itu salah satu anggota kelompok Meos Bekwan, Dona, berhasil menghubungi salah satu supir Bis Kuning  dan meminta Bis tersebut untuk kembali guna mencari kemana hilangnya sang plakat. Untungnya Tuhan masih sayang sama kami, ternyata Plakat itu berhasil ditemukan dibelakang jok Bikun. Fiuh. Oke, sekarang kita kembali lagi ke Waisai. Kami tiba di Wisma utama milik pemda Raja Ampat pukul 18.30 WIT.  Meski waktu telah menunjukkan pukul 18.30 namun langit tampak belum terlalu gelap saat itu. Lagi-lagi kami pun  melakukan ritual bongkar muat dengan semangat  45. Selepas melakukan ritual bongkar muat kami langsung menuju kamar masing-masing untuk unpacking barang-barang pribadi. Malam hari kami kedatangan tamu istimewa dari Pemda Raja Ampat yaitu Bapak Burdam yang sedikit membagi cerita mengenai gambaran singkat mengenai lokasi K2N kami yaitu di distrik Waigeo Utara dan Ayau. Saat itu kami berencana untuk berangkat keesokan harinya dengan menggunakan speed boat namun menurut Pak Burdam itu terlalu beresiko sehingga keberangkatan kami ditunda kurang lebih 6 hari karena menunggu jadwal keberangkatan kapal perintis Raja Ampat 1.

 yap, segini dulu deh postingan part1 nya. ntar dilanjut lagi


Salam Mahasiswa Melata

Minggu, 29 Mei 2011

Pemikiran si Bocah Nekat Part 2

Yohoo, kembali berjumpa di catatan usang saya yang maha (gak) dahsyat ini. Well, kali ini saya akan melanjutkan pemikiran saya tentang ribetnya pelaksanaan ospek. Enaknya mulai dari mana ya? Dari mana aja boleeee…
  1. Barang-Barang Ospek
Kalo ngomongin masalah barang-barang ospek emang gak ada matinya,deh. Di bagian ini biasnya yang namanya panitia ospek bakal keliatan banget kreatifitasnya yang luar biasa buat ngasih tugas nyari barang-barang ke para Maba. List barangnya cenderung unik dan biasanya terdiri atas barang-barang yang nyarinya mesti pake tenaga+dana yang bisa sedikit bisa juga banyak (Tergantung apakah anda dari keluarga buruh, PNS atau Konglomerat). Adapula panita-panitia super kreatif yang ngasih list barang pake kode/sandi tertentu. Mungkin biar agak menantang gitu,yaa. Kira-kira apa yang menjadi masalah disini?  Pertama, adalah masalah barang yang dicari. Biasanya barang yang dicari bukanlah barang yang dapat ditemui dengan mudah di warung atau apotek terdekat. Menurut cerita banyak maba, biasanya barang-barang itu cenderung sulit ditemukan. Dulu waktu SMA saya juga pernah “menderita” gara-gara kudu nyari barang suruhan senior ini. Tapi disaat-saat “penderitaan” tersebut , antara udah mulai gila dan sinting, saya masih sempat bersyukur karena panitia MOS gak nyuruh saya nyari bangkai burung dodo atau potongan kuku macan ato air dari 7 sumur yang berbeda +kembang 7 rupa (lo kata mo acara siraman?). Well, biasanya buat nyari barang-barang tersebut tentunya make duit buat ngebelinya. Duitnya dari mana? Pada umumnya ya minta ke orang tua. Orang tua dapet duitnya dari mana? Hem, mungkin kalo masalah ini silakan Tanya ke orang tua masing-masing, jang Tanya orang tua tetangga anda. Nah lhoo..ini juga salah satunya yang bikin kepala saya cenat-cenut. Bayangkan sodara-sodara, setelah diterima masuk Perguruan Tinggi dan diperas habis-habisan oleh sistem pendidikan, Maba juga masih harus diperas oleh Sistem Ospek yang diadakan oleh sesama mahasiswa sendiri. Sungguh Ter..la…lu. Mari coba kita bikin perhitungan goblok-goblokan.

Kalo misalnya buat nyari barang-barang ospek aja abis 100rb rupiah. Seandainya gak bisa minta duit dari ortu, mari kita pertimbangkan sumber dana lain. Sumber dana tersebut antara lain:

  1. Ngepet. Hemm.. dapetnya bisa banyak,sih. Tapi risikonya juga gak kalah besar. Pertama, ada kemungkinan anda tertangkap dan digebukin warga. Kedua, mendapat dosa besar dan gak bakal selamet dunia akhirat.
  2. Njebol Kotak Amal. Dapetnya tergantung,sih. Kalo di masjid yang besar apalagi pas sholat jum’at mungkin bs banyek, tapi kalo ngambil di musholla kampong yang jarang didatengin orang ya paling Cuma dikit. Tapi ya,gtu resikonya 11-12 sama resiko kalo anda ngepet.
  3. Njebol Tabungan. Ini adalah cara yang cukup baik karena tentunya anda perlu merepotkan orang tua yang udah keluar duit banyak buat bayar uang pangkal + segala macam hal-hal lainnya. Tapi, perlu di ingat juga agar Tabungan yang anda jebol adalah tabungan yang memang benar-benar milik dan atas nama anda. Jangan sampe anda njebol tabungan miliki adik atau kakak atau tetangga karena itu akan mengakibatkan resiko pada point ngepet dan njebol kotak amal berlaku juga pada anda.
  4. Ngamen. Cara ini sebenarnya tidak bertentangan dengan norma agama, dapetnya juga lumayan apa lagi kalo anda punya suara yang merdu bak Justin Bieber. Tapi yang perlu diwaspadai adalah pada norma hukum pada beberapa Perda yang melarang adanya kegiatan semacem ngamen ini. Jadi sebelum anda ngamen perhatikan dulun instrument peraturan perundang-undangan yaitu berupa perda yang berlaku di daerah anda. Jangan sampai niat anda untuk mencari uang justru berujung pada digaruknya anda oleh Petugas-petugas Satpol PP.
  5. Berdagang. Yayaya, ini adalah salah satu cara yang cukup baik. Berdagang bisa menjadi salah satu upaya untuk memperoleh uang sekaligus untuk mengasah jiwa kewirausahaan. Tapi ada beberapa hal yang perlu diingat. Pertama, bahwa sebaiknya barang yang anda perdagangkan adalah legal untuk diperjualbelikan dalam wilayah Republik Indonesia.mJangan sampe anda mencari uang dengan berjualan Mariyuana, Ekstasi atopun bayi tetangga anda yang baru lahir. Karena hal ini akan menyebabkan anda diciduk polisi dan kemungkina  akan mendekam di penjara untuk jangka waktu tertentu atau mungkin malah mendpat hukuman mati. Hi atuuutt. Ok,next yang perlu menjadi perhatian adalah agar jangan sampe anda menjual barang-barang yang ternyata tidak berhak untuk anda perdagangkan seperti perhiasan milik ibu atau ayam bekisar piaraan Pak RT tanpa seizin dan sepengetahuan pihak-pihak tersebut. Karena hal tersebut lagi-lagi dapat mengakibatkan anda diciduk oleh aparat berwenang alias Polisi.Berdagang ya? Tapi mau dagang apa yang bs dapet 100 rb dalam waktu cepat? Dagang pulsa aja untungnya per transaksi Cuma antara 800-1000. Berarti dengan asumsi demikian mesti jualan 100 kali dulu biar bisa ngumpulin duit 100rb. Fiuhh


Oke, sekian ngegalaunya. Jadi setelah dari tadi ngobrol ngalor ngidul apa,sih lesson learn yang mau saya bagi ke temen-temen sekalian?. Intinya, sih saya sebagai mahasiswa j(m)elata mewakili mahasiswa j(m)elata lainnya di muka bumi ingin menuntut adanya Acces to Justice atau akses pada keadilan. Nah, lho.. apa pula hubungannya antara akses pada keadilan sama ospek?. Jadi, secara singkat saya menuntut setiap panitia ospek bisa menyediakan ospek yang murah dan bisa dijangkau oleh seluruh maba dari seluruh lapisan kelas. Jangan sampe ada lagi terdengar cerita maba yang gak bisa makan malem gara2 uangnya udah terkuras buat ngerjain tugas ospek yang bahkan gak masuk SKS itu.

Tolonglah, gunakan hati nurani kalian wahai panitia ospek . Adik-adik Maba itu ketika diterima kuliah sudah diperas habis-habisan oleh sistem pendidikan, masa iya kalian juga mau ikut memeras mereka juga?  





hemm.. pelik memang, mungkin ini semua butuh pengorbanan yang gak sedikit, yap karena mesti melawan mainstream. Tapi kalo memang berani mendobrak tradisi knapa tidak? mungkin sejarah akan mengenang kalian sebagai "Sang Pencerah"

Senin, 18 April 2011

Pemikiran si Bocah Nekat

Hello There, berhubung saya dalam beberapa waktu trakhir blm sama sekali melakoni perjalanan yang seru, maka untuk meramaikan blog konyol ini saya akan memasukkan tulisani saya yang berisi opini tentang ospek yang saya copas mentah2 dari notes FB saya. well cekidot dan selamat menikmati..


Numpang galau malem2, tadi pas bongkar2 laptop tua saya tiba2 nemu tulisan ttg unek2 saya masalah OSPEK yang belum tuntas digarap, pengen saya lanjutin sih siapa tau (gak) bermanfaat bwt temen2 sekalian. Tulisan ini emang galau abis  dan sangat subyektif. Hem hem… Oia, no offense buat yang tersindir.  Karena ini hanyalah catetan kegalauan mahasiswa jelata (jembel melata)



Well, tulisan ini saya buat dalam rangka menyambut datangnya mahasiswa-mahasiswa baru ke kampusnya masing-masing. Tulisan ini saya tujukan untuk memaparkan uneg-uneg saya sebagai mahasiswa j(m)elata tentang event akbar yang namanya ospek a.k.a inisiasi a.k.a orientasi dan segala macam derivasinya. Ya, bagi saya ospek dan segala derivasinya (untuk kemudian disebut ospek ) adalah kegiatan unik dan menggelitik. Kok unik? Ya unik lah..soalnya pelaksanaan ospek pasti beda dari satu fakultas ke fakultas lainnya, dari satu kampus ke kampus lainnya. Kenapa menggelitik? Yap,menggelitik karena sebenernya saya pengen ngakak keras-keras sambil mumet dan sambil menitikkan air mata kalo menyikapi yang namanya ospek ini. Memang tulisan kacrut ini hanyalah berdasar sudut pandang dan pengalaman pribadi saya sebagai backpacker (maaf, gak nyambung). Kenapa saya harus ngakak keras2 menyikapi yang namanya ospek? Ya,sebenernya sih suka2 saya juga mau ngakak kek, mau salto kek. Tapi sbnernya bgini. Saya heran sama teman-teman mahasiswa yang sering turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi rakyat tentang kebijakan-kebijakan pemerintah yang diskriminatif, yang tidak pro rakyat,de el el tapi pada kenyataannya pada musim ospek tiba justru bikin “kebijakan2” yang tidak pro maba, knapa saya bilang tidak pro maba? Karena hampir 99% maba waras yang saya temui pasti ngeluh masalah “kebijakan2” (baca:tugas) yang diberikan oleh senior-senior yang terhormat. Pasti bikin ketawa,kan?( Tapi kalo gak ketawa juga gak papa,sih) Kok ya lucu gitu, mahasiswa2 yang mulia itu fasih skali menyuarakan aspirasi rakyat nun  jauh disana tapi malah gak bisa mendengar keluhan dari adik2 maba yang lebih dekat dgn mereka. Saya jadi kuatir sama masa depan negara ini kalo para penerusnyajustru gagal mendengarkan jeritan dari pihak2 yang sangat dekat dengan mereka

Senior Ngeles: Tapi ya ini kan untuk mendidik mahasiswa2 baru dalam memasuki gerbang perkuliahan yang beda banget sama masa SMA, dimana mereka akan dituntut untuk belajar lebih keras lagi. Ini untuk melatih mental mereka.

Saya (mahasiswa melata): Yaelah,coy.. jawabannya klasik benerr. Ini jawaban yng sama waktu dulu saya MOS SMA atau MOS SMP. Untungnya dulu waktu jaman saya SD blm ada MOS2an, gak tau deh 20 tahun lagi bakal ada apa enggak MOS di jenjang SD. Tapi ini bener, dulu waktu saya masuk SMA, kira2 bgtulah jawaban yang akan diberikan para panitia MOS terhormat mengenai pentingnya “kebijakan2” MOS yang maha dahsyat. Waktu MOS SMA dulu saya dikasih tugas bejibun amit-amit banyeknya sampai gak tidur dengan pledoi (pembelaan) dari senior yang terhormat dengan menyatakan tugas-tugas bejibun maha dahsyat itu diberikan untuk mempersiapkan siswa-siswa yang baru lulus SMP agar siap untuk menghadapi atmosfer kegiatan pendidikan di SMA yang pasti bakal padet bgt. Setelah saya lulus dengan predikat  terbaik UNAS IPS  se-Surabaya (maaf bukannya sombong, bukannya mau pamer, tapi sebagai pembuktian untuk meyakinkan anda sekalian aja,sih) saya Cuma bias bilang : PRETTTTTTT banget sama senior yang bikin pledoi macam yang tadi udah saya sebutin. Dari pengalaman saya 3 tahun SMA , gak pernah ada tuh acara sampe gak tidur malem gara2 ngerjain tugas sekolah.

Oke, kembali ke masalah ospek. Nah, konon katanya menurut cerita yang diwariskan secara turun temurun ospek itu untuk melatih kesiapan maba2 yang baru lulus SMA. Tapi tapi tapi, coba kita evaluasi apa ya ospeknya sudah berhasil? Sejauh mana,sih tolak ukur keberhasilan si ospek untuk melatih kesiapan maba untuk mengahadapi bangku kulia? Kalo iya emang ospek berhasil bikin maba2 100% jadi siap ngadepin bangku kuliah, saya rasa gak bakal ada tuh fuckyeahmahasiswa.tumblr.com yang justru banyak menggambarkan btapa gak siapnya mahasiswa2 Indonesia kalo udah ngadepin yang namanya UTS,tugas, skripsi lan sapanunggalane. Lah loh lah loh masa iya,sih kayak gtu? Ya,gak semua mahasiswa juga deng kayak gtu, masih buaaaaanyaaaakkk lagi mahasiswa2 lain yang juga berprestasi dengan sangat luar biasa pas bangku kuliah. Tapi apa iya yang buaaannyaaakkk itu adalah jebolan dari ospek2 yang berhasil “mendidik” maba2nya? Ya, gak juga deng..itu kan kembali ke individunya masing2. Kalo emang dasarnya udah rajin mau digimanain juga ya bakal tetep rajin tapi kalo udah dasarnya males,ndablek dan gak ada passion untuk berubah  ya mau diospek 7 turunan juga bakal gtu2 aja.

Another story
Kisah nyata ini terjdi saat taun 2009, dimana saat itu adalah lagi heboh2nya OKK,PSAF dan segala macam bentuk derivasinya sedang berlangsung di UI (setting tempat kamar kos nomor 5 ********** kost, Pondok Cina)

Ibu Saya: Tadi di DETOS (Depok Town Square) Ibu nangis,dek...
Saya:Kenapa,bu? Ibu kerepotan ya bantuin nyari barang2 adek?

 Ibu: Bukan, Ibu ikhlas kok nyariin barang2 adek. Ibu nangis gara2 mikirin gimana ya anak2 lain yang orang tuanya gak bs dateng ke depok buat bantuin anak2nya ngerjain tgs atau nyari barang2 yang  kayak gini. Gimana juga yang gak punya cukup uang buat beli semua barang2 yang disuruh?

Saya: (Tertegun, gak bs ngomong, terhenyak, guling2 kesana kemari--> yang terakhir bo’ong)

Yayaya, pada saat itu saya Cuma bs mengucap dalam hati Subhanallah sekali ibu saya ini, seandainya semua anggota DPR model pemikirannya kayak ibu saya, pasti gak bakal ada tuh studi banding ato bangun gedung baru yang buang2 duit dan kelakuan2 kacrut anggota DPR lainnya.
Yayaya, saya Cuma bisa berharap teman-teman mahasiswa yang nantinya bakal jadi panitia ospek bisa lebih bijak kalo bikin “kebijakan2” pas ntar musim ospek tiba. Ospek emang penting banget buat Mahasiswa baru, tapi kalo bisa dipermudah kenapa harus dipersulit?? Ya,kan? :D

Yowes sekian dulu,deh part 1 nya. Saya Mau jaga lilin dulu, takut mendadak mati. Babai….

Selasa, 08 Maret 2011

Backpacker's story (Depok-Semarang-Jepara-Karimun Jawa) Terakhir....

Yoyoyow, akhirnya saya kembali lagi untuk mengapdet bagian terakhir dari rangkaian perjalanan saya ke Semarang-Karimun Jawa.  Tulisan  ini ditulis (diketik lebih tepatnya) pasca demam yang melanda tubuh saya dikarenakan kekalahan Indonesia dari Malaysia di ajang AFF Cup 2010. Well, Malaysia maybe is the Winner, but I’m sure that the Champion is still Indonesia. Yeah, we know How to win the game.  Oke, cukup belajar bahasa Inggrisnya sekarang saatnya menceritakan kelanjutan perjalanan saya.  Kira-kira pukul 06.30 pagi waktu jam HP saya, saya telah bersiap untuk keberangkatan menuju pelabuhan Kartini. Untuk menuju ke sana lagi-lagi saya tempuh dengan kendaraan favorit apalagi kalo bukan becak.  Perjalanan dengan becak dari penginapan memakan waktu yang cukup singkat hanya 15 menit saja. 

Sesampai di pelabuhan, saya segera menuju ke loket KMP Muria untuk mengambil tiket. Setelah mengambil tiket saya pun berjalan santai menuju KMP Muria yang udah ngetem di pinggir dermaga. KMP Muria tampak cukup penuh ketika saya naik ke dalamnya padahal waktu keberangkatan masih 1 jam lagi.  Saya pun memilih tempat duduk paling depan dan yang paling dekat sama  Kantin+TV, posisinya strategis bgt.

My Status History says:
 @kmp muria:mau nyebrang ke karjaw..sndrian,brasa kyak org ilang.. (Sat, 29 May 2010)
Yap, saya sendirian disaat orang-orang lain pada ngobrol bareng keluarga ato temen2nya. Saya cm bs bengong ngeliatin orang2 yang rame berlau-lalang disekitar saya. Hemm..memang ini resiko memilih untuk menjadi single  backpacker  sebagai cara untuk bersenang-senang.  Awalnya memang byk yang mempertanyakan kenapa harus single backpacker? Saya pun cuma bs menjawab singkat “susah nyari orang yang bisa diajak susah” . Tapi tetep ngarep someday bakal ketemu dgn orang yang sejenis yang bisa diajak bersusah2 dan bersenang2 bersama, yang baik akhlaqnya, yang rajin ibadahnya, yang mapan kerjaannya, yang baik hatinya (Well, ini nyari partner bekpekeran apa nyari calon suami,yaa??) . Oke sekian sesi curhatnya.  Waktu pun berlalu hingga akhirnya  tepat pukul 9 waktu jam HP saya KMP Muria Take off dari Pelabuhan Kartini (Take off? Lo pikir bajaj apa?).  Waktu pun berlalu detik demi detik, menit demi menit dan saya msh tetap bengong sambil nonton TV yang posisinya pas bnget di atas jidat saya.  Tak lama datang seorang pria yang menanyakan apakah kursi disamping saya kosong dan saya pun mengangguk menandakan bahwa kursi tersebut kosong. Pria itu panggil saja Mas Koko (Benar2 nama sebenarnya). Perjalanan jadi terasa lumayan gak membosankan karena akhirnya saya dapet temen buat ngobrol2.  Namun kemudian Mas Koko memutuskan untuk pergi dan saya pun memutuskan untuk bengong kembali. Di tengah kebengongan yang melanda jiwa itu, saya merasa ngantuk  kemudian saya pun meluruskan kaki biar rileks dan bisa tidur dengan enak tp ups… apa yang terjadi? Niat untuk meluruskan kaki tidak terwujud dengan sempurna dikarenakan posisi saya yang berada tepat di depan kantin kapal yang itu berarti akan ada banyak sekali manusia yang bakal berlalu –lalang buat beli pop mie, kacang, sprite, coca-cola ataupun petasan  (Yang terakhir  adalah dusta). Well, saya harus menarik ucapan saya yang menyatakan bahwa duduk di depan TV+Kantin adalah posisi yang strategis. Akhirnya saya memutuskan untuk mengangkat kaki dan melipatnya dan kemudian menjadikan dengkul saya sebagai ganjelan kepala yang udah kerasa ngantuk berat (harap gunakan imajinasi anda masing-masing untuk memvisualisasikan pose saya tsb). Saya tertidur lumayan lama dan bangun dalam kondisi badan terlipat dan tentunya pegel bgt. Tepat pukul 15.00 lebih dikit kapal pun merapat di Pulau Karimun Jawa Besar. Oh,yeaahh akhirnya nyampai juga setelah terombang-ambing selama 6 jam.  Sesampainya di daratan, saya pun langsung menghubungi Mas Alex, Guide yang akan mengatur acara hura-hura saya di Karjaw. Well, setelah bertemu Mas Alex di Meeting Point saya pun berjalan menuju penginapan Rumah Emak bersama serombongan pria-pria dengan jaket berwarna biru .

My Status history says:
 Tiba dgn slamat di penginapan rumah emak yg cma sekepretan dr pelabuhan.guess what?saya adalah satu2nya cwe disini.. (Sat, 29 May 2010)

Oke, ini sedikit bikin shock. Jadi ternyata rombongan pria-pria dengan jaket berwarna biru tsb  adalah anak-anak ITB  yang bakal 1 penginapan dengan saya. Dan itu berarti selama 4 hari 3 malam, saya bakal bersama2 dengan mereka. But no problemo, bagi saya ini bukan pertama kalinya saya “terjebak” dalam suatu situasi yang menempatkan saya sebagai satu-satunyanya wanita di antara para pria. Sesampainya di penginapan saya pun memutuskan untuk istirahat sejenak trus mandi dan sholat. Makan Malam pun tiba, saat itulah akhirnya saya berkenalan dengan 8 pria-pria Fisika Teknik  ITB tersebut.  Mereka adalah  Ahu, Angga,Bagus, Epin,Ezra,Jerico,Nico,Sandi.
Acara malam itu diisi dengan acara bakar-bakar ikan (Oia, ngomong2 lewat postingan blog ini gw pengen ngucapin Thanks a lot buat Rekan-rekan ITB atas traktiran ikan bakarnya) dan ngobrol-ngobrol, main kartu sambil menatap Samudra Bintang di angkasa (credit title to Angga buat istilah Samudra Bintangnya). Malam semakin larut dan tibalah saatnya untuk beristirahat.

Pagi harinya saya bangun tepat pukul 05.00 dan segera melaksanakan sholat subuh. Setelah sholat, saya pun kembali tidur sampe kemudian saatnya berkumpul untuk sarapan.  Sambil menikmati santap pagi, rekan-rekan ITB (ini sumpah, gw bingung bgt gimana harus namain mereka. Smoga istilah ini cukup dapat diterima. Amin) juga mempersiapkan sebuah botol yang diisi lontong+ air. Fungsinya buat memancing (kehadiran) ikan pas ntar snorkeling. Kata Ezra,sih biasanya pake roti tapi berhubung adanya lontong yaudah pake lontong aja. Ini pengetahuan baru bagi saya, karena biasanya saya kalo mancing  pake kemenyan ( mancing kuntilanak kali,yeee). Oke itu sedikit intermezzo. 

Selepas sarapan kami pun bersiap untuk berangkat snorkeling. Pulau Menjangan Besar menjadi tujuan pertama. Di sana terdapat Penangkaran penyu dan penangkaran hiu. Yang menarik di Penangkaran hiu ini adalah kita bisa berenang di kolam yang di dalamnya ada hiu tapi jangan ngebayangin hiunya kayak di film2 semacam Jaws gitu. Hiu-hiu tersebut tidak ganas sama sekali, sangat bersahabat dan mungkin rajin menabung (hipotesis yang terakhir belum diteliti sama sekali). Orang-orang pun dapat berenang dengan tenang di sekitar hiu-hiu ramah tersebut.  Perjalanan berikutnya dilanjutkan menuju pulau Menjangan kecil, disana Kami melakukan snorkeling dan menikmati pemandangan bawah laut yang fantastis bgt. Perpaduan terumbu karang dan ikan-ikan berhasil menampilkan pesona yang memukau mata. Sungguh ciptaan Tuhan yang maha luar biasa. Yeah, Indonesia is absolutely wonderful. Saya gak perlu jauh-jauh ke negri orang untuk berlibur karena bagi saya Indonesia adalah miniatur dunia. Semuanya ada disini.

Saatnya makan siaang. Inilah yang paling ditunggu-tunggu setelah capek snorkeling akhirnya perahu kami menuju ke pulau Cemara untuk menikmati santap siang berupa ikan bakar. Sembari menunggu ikan bakarnya matang, kami pun melakukan sesi pemotretan, tentunya gak pake gaya foto alay karena itu hanya akan mencoreng nama baik almamater masing-masing. Saat ikan bakar matang, kami pun langsung menyantap ikan-ikan yang bernasib malang tsb. Mau tau gimana rasa ikan bakarnya? Saya Cuma bisa jawab rasanya top makotop bin maknyuss (Credit title to Pak Bondan, Wisata Kuliner). Selepas acara santap siang, kami pun melanjutkan perjalanan ke pulau berikutnya yaitu pulau kecil dan disana kami kembali ber-snorkeling ria. Hari semakin beranjak senja dan kami pun bergegas naik kembali ke perahu yang akan membawa kami kembali menuju penginapan yang terletak di Pulau Karimun jawa besar.

Tibalah di hari ke tiga liburan kami di Karimun Jawa. Officially, ini adalah hari terakhir kami berlibur di Kepulauan karimun jawa. Tujuan pertama adalah suatu pulau yang bernama….ehm,well saya lupa nama pulaunya apa entah itu antara pulau tengah ato tanjung gelam.  Di pulau itu kami kembali ber-snorkeling ria. Selepas melakukan snorkeling saya, Nico dan Bagus berjalan-jalan mengitari pulau yang tidak luas tersebut, cukup kecil dan menghabiskan waktu kurang dari setengah jam untuk mengitarinya. Dan tentunya setelah puas berkeliling, kami pun segera menyantap makanan yang telah terhidang. Saatnya pindah pulau. Di pulau berikutnya kami melanjutkan acara ber-snorkeling ria, tapi sayang saya gak bisa lama-lama bersnorkeling ria karena tiba kaki saya kram,it’s suck.  Perjalanan berikutnya adalah mengunjungi Gosong. Apa itu Gosong? Well, gosong yang satu ini keren bgt dan gak ada hubungannya sama ikan yang digoreng  kelamaan. Gosong ini adalah hamparan pasir yang tidak terlalu luas di tengah laut.  Lagi-lagi ciptaan Tuhan yang super amazing.
Matahari semakin condong ke arah barat, rombongan pun kembali ke penginapan masing-masing di pulau Karimun Jawa Besar. Malam terakhir di Karimun Jawa kami habiskan dengan bakar-bakar ikan + cumi. Mau tau gmana rsanya? Well, lagi2 saya Cuma bisa bilang rasanya top markotop. Malam itu dihabiskan dengan menggelar tikar di belakang penginapan sambil sharing-sharing dan berbagi pengalaman bareng Mas Supri dan mas Wimbou (Btw spelling namanya bener gak ya??). Niatnya,sih pengen gak tidur semaleman tapi apa daya kira2 pukul 11 hujan turun rintik-rintik, acara pun bubar dan kami pun kembali ke kamar masing-masing. 

My Status History says:
 Malam terakhir di karimun jawa..heu (Mon, 31 May)

Yayaya, Tanggal 1 Juni 2010 adalah hari terakhir kami di Karimun Jawa. Rasanya berat banget buat ninggalin Karimun Jawa, kayaknya 4 hari masih belum cukup. Perasaan berat itu semakin menjadi-jadi karena ternyata tanggal 2 Juninya saya harus kembali ke bangku Kuliah (Lagi) untuk melakoni Semester Pendek demi bisa lulus 3,5 Tahun. Amin. Sekitar Pukul 07.00 setelah sarapan pagi kami pun bergegas menuju KMP Muria tentunya setelah berpamitan dan melakukan sesi pemotretan terakhir dengan Mas Supri dan mas Wimbou.  Pukul 08.00 KMP Muria pun berangkat meninggalkan Karimun Jawa. Well, persis kayak Quotenya si Epin “Hatiku Tertinggal di Karimun Jawa” kira-kira bgitulah perasaan saya ketika meninggalkan Maha karya Tuhan yang luar biasa itu.

Ki-Ka: Ezra, Saya, Nico,Sandi,Jerico,Bagus,Mas Supri,Angga,Mas Wimbou, Epin, Ahu




Sekitar pukul 14.00, KMP Muria merapat kembali di Pelabuhan Kartini Jepara. Kami pun bergegas menuju Terminal Jepara untuk kembali ke kota masing-masing. Rekan-rekan ITB akan menumpang Bis Kramat Djati untuk kembali ke Bandung dan saya akan menumpang bis Senja Furnindo untuk kembali ke Jakarta dan melanjutkan perjalanan ke Depok untuk kembali tenggelam dalam rutinitas kuliah. Sekitar pukul 16.30 saya pun berpisah dengan rekan-rekan ITB karena bis Kramat Djati mereka  akan segera berangkat. Pukul 17.00 saya pun segera beranjak menuju bis Senja Furnindo yang  akan segera membawa saya menuju Ibu Kota.

My Status History Says:
 Okelah,slamat tinggal liburan,slamat tinggal karimun jawa,slamat tinggal jepara dan slamat datang bangku kuliah (lagi).. (Tue, 01 Jun 2010)

Yeah, entah kenapa postingan kali ini ditulis cukup lamaaaaaaaaa. Mungkin juga gara2 sibuk ngerjain tugas kuliah yang segudang atau karena sibuk ngegalau? Entahlah, Hanya Tuhan yang Maha Tau alasan sebenarnya. Well, sekian postingan kali ini. Saya mohon doanya dari rekan-rekan sekalian semoga saya bisa melanjutkan petualangan ke tempat-tempat keren lainnya di Indonesia dan tentunya agar saya bisa berbagi cerita dengan kalian semua. 

Lagi2, saya ucapkan terima kasih karena telah sudi mampir di blog saya.  




Salam Galau